Informasi mengenai kata cinta, kata mutiara, kata bijak, kata romantis dan sebaaginya

01 Januari 2015

Tujuh Unsur Budaya Thai (Thailand)

Tujuh Unsur Budaya Thai (Thailand)
Oleh Erik (2 SMA IPS)
‘Sosiologi’
Sistem Kesenian


Sastra di Thailand sudah berkembang pada abad ke-13 dimana penulisan-penulisan tersebut bergaya serperti puisi dan biasanya berhubungan dengan Agama dan Kerajaan, misalnya Maha Cham Kham Luang. Hal ini disebabkan karena Penulisan sastra-sastra sangat dihargai pada Agama Buddha.

Di bidang melukis, objek-objek yang dilukiskan untuk masyarakat Thai adalah objek-objek Buddha, seperti patung buddha, candi, istana, suasana di neraka dan surga, serta kejadian-kejadian yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari. Seni melukis ini telah berkembang sejak zaman Sukhotai (1249-1438 AD). 

Selain itu, juga banyak ditemukan alat-alat instrumen-instrumen musik di Thailand yang digunakan untuk musik tradisional dan calassical di  Thailand. Alat-alat ini digunakan oleh mayoritas masyarakat Thai dan juga etnik-etnik minoritas. Di sistem organologi, instumen-instrumen musik tradisional Thai dikenal menjadi empat kategori berdasarkan cara bermainnya, yakni meniup (instrumen angin) contohnya khlui (seruling yang terbuat dari bambu), memetik (memetik senar instrumen) contohnya adalah saw duang (instrumen dengan dua senar dan digunakan untuk musik klasik), menarik (menarik senar alat instrumen contohnya adalah grajaphi, dan memukul atau menggetarkan (memukul alat instrumen) contohnya adalah angklung yang dibunyikan dengan digetarkan.

Tarian Thai, seperti banyak negara-negara lainnya di Asia, dibagikan menjadi dua kategori utama, yaitu high art (tarian klasik) dan disticnction (tarian foklore). Salah satu tarian Thai adalah Lakhon dan Khon.

Kesenian dalam berbagai bidang yang dimiliki oleh masyarakat Thai ini memiliki banyak kemiripan-kemiripan yang hampir sama dengan kesenian di negara-negara Asia Tenggara lainnya, terutama negara-negara tetangga Thailand.

Selain itu, Budaya Amerika sangat mempengaruhi budaya Thai dalam bidang seni akting. Pada mulanya, banyak pemuda-pemuda Thai mencari pendidikan di Amerika dalam bidang seni akting. Hal ini menyebabkan banyak artis Thai yang menggunakan ide-ide atau gaya budaya Amerika dalam bidang akting. Pada masa Sukhotai dan Ayyuthaya, orang Thai menggunakan konsep-konsep dari Khmer dan India dalam hal design.

Pada zaman modern ini, bidang Theatre masyarakat Thai telah berkembang dengan pesat. Salah satu bidang seni theatre yang terkenal di Thailand alalah Khon, yang  bersumber dari Indian Ramayana. Unsur-unsur kesenian budaya thai seperti drama, buku/literature, perfilman, dan bidang seni-seni lainnya saat ini tidak sekedar hanya terbatas pada lingkungan Kerajaan saja, tetapi saat ini telah bisa dinikmati oleh masyarakat luas dan orang-orang asing. Orang Thai menerima westernisasi dalam semua sektor, termasuk dalam bidang seni. Hal ini bisa dilihat dalam teknik perfilman, costum design, dll.

Sistem Bahasa

Bahasa yang digunakan oleh mayoritas masyarakat Thai adalah bahasa thai. Hampir seluruh penduduk Thailand menguasai bahasa thai. Sebagaian kata-kata Thai banyak yang meminjam dari bahasa Khmer, Pali (Bahasa yang digunakan oleh kaum Buddha Theravada, atau Sangkrit (bahasa yang digunakan orang Hindu, terutatama di India.

Alpabet bahasa Thai pertama kali diperkenalkan oleh Raja Ramakamhaeng pada masa Sukhotai pada 1283. Bahasa Thai dibaca ke arah horizontal dari kiri ke kanan. Bahasa Thai ini terdiri dari 76 huruf, yakni 44 konsonan dan 32 vowel. Bahasa ini juga mempunya intonasi dalam setiap kata. Intonasi di dalam Bahasa Thai di bagi menjadi lima, yaitu rendah (ee/low), tinggi (to/high), menurun (catawa/falling), mentinggi (tri/raising), dan datar (samak). Suatu kata yang memiliki intonasi yang berbeda akan memiliki makna yang berbeda pula.

Selain itu, Bahasa Thai digunakan menjadi dua yaitu Bahasa Thai biasa yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat luas dan Bahasa Thai untuk Kerajaan (Royal Language) atau dikenal dengan Rachasap yaitu dengan kata-kata yang lebih sopan dan memiliki tingkatan yang lebih tingi. Tidak semua orang Thai menguasai bahsa ini dan biasanya hanya sekedar keluarga dan anggota kerajaan. Rachasap ini biasanya digunakan untuk acara-acara Kerajaan yang formal, misalnya dalam suatu pidato.

Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional mulia berkembang di masyarakat Thai pada saat Raja Mongkhut (Rama IV) berkuasa. Bahasa Inggris dikiranya sangat diperlukan oleh Raja Rama V, sampai bahkan dia mendatangkan guru yang bernama Anna dari Inggris. Akan tetapi saat ini, sebagaian masyarakat Thai cenderung tidak familiar dengan bahasa Inggris.

Hanya minoritas orang Thai yaitu yang memiliki etnik Thai dan Melayu mengusai bahasa melayu.

Sistem Kepercayaan

Berdasarkan sensus yang dilakukan pada 2000, 95% dari orang Thai memiliki kepercayaan Buddha Theravada. Kepercayaan Buddha Theravada yang diambil dan diserap dari Sri Langka menggunakan bahasa Pali sebagai bahasa keagamaan. Keluarga Kerajaan juga memilki kepercayaan Buddha Theravada dan melihatnya sebagai suatu hal yang suci. Bahkan, biksu memiliki tingkatan status yang lebih tinggi daripada Raja Thailand dalam kehidupan sosial. Seseorang laki-laki yang beragama Buddha Theravada diwajibkan untuk menjadi seorang biksu pada usia sebelum bekerja. Akan tetapi, akibat dampak globalisasi, nilai-nilai budaya yang semakin luntur menyebabkan semakin sedikitnya ditemukan remaja-remaja Thai yang menjadi seorang biksu.    Masyarakat Thai cenderung mendapatkan pendidikan agama Buddha di candi-candi. Biasanya kegiatan menyembah wat-wat dilakukan oleh masyarakat Thai dengan menyembah patung biksu dan memberikan sajian-sajian untuk mendapatkan keberuntungan dan dikabulkan permohonannya.

Selain itu, sisanya (5%) merupakan orang Thai yang memiliki kepercayaan Hinduism, Christianity, Taoism, animism, dan Islam. Daerah Pattani, Yala, Narathiwat dan bagaian dari Songkhla didominasi oleh penduduk Muslim, karena terdiri dari etnik Thai dan Malay. Pemerintahan Thai sering kali memandang Thai-Muslim sebagai teroris dan seperatis. Sedangkan Thai-Muslim yang mengalami kecemburuan ekonomi  biasanya tidak menyukai pemerintah pusat yang korupsi dan tidak bersikap adil. Hal ini menyebabakan sering terjadinya konflik antara dua pihak.

Terdapat taboos pula yang dipercayai oleh masyarakat Thai yaitu memeggang kepala orang yang lebih tua itu dan menunjuk seseorang dengan menggunakan kaki merupakan suatu hal yang melecehkan. Masyarakat Thai menganggap bahwa kepala merupakan bagian tubuh yang paling suci dan kaki sebagai bagian tubuh yang paling kotor, sehingga menginjak makanan dan melangkahi seseorang tidak diperkenankan

Sistem Ilmu Pengetahuan

Pada masa tradisional(1220–1868), masyarakat thai mendapatkan ilmu pengetahuan di candi-candi dan ilmu yang diterima hanya sekedar ilmu agama dan sosial. Akan tetapi, pendidikan baru pertama kali disadarkan perlu pada saat Raja Rama IV berkuasa. Dia mendatangkan guru dari Inggris yang bernama Anna. Kedatangannya ini terutama untuk belajar Bahasa Inggris yang dikiranya sangat diperlukan dan sangat penting oleh Raja Rama IV. Kemudian berkembang dan timbulah lembaga-lembaga pendidikan di Thailand.

Saat ini, anak-anak sudah mendapatkan ilmu pengetahuan dari sekolah-sekolah yang memberikan pelajaran di segala bidang. Akan tetapi, ajaran Agama Buddha jarang bahkan tidak diajarkan di sekolah-sekolah Thailand. Biasanya murid-murid Thailand mendapatkan ajaran-ajaran agama di candi-candi oleh para biksu dan orang tua. Pendidikan di Thailan mulai berkembang dengan baik pada tahun 1997 (setelah terjadi kudeta), dimana pemerintah berprihatin untuk meningkatkan kemampuan generasi-generasi muda Thai untuk mampu bersaing pada arena globalisasi.

Thailand merupakan suatu negara yang belum pernah dijajah oleh negara kolonial. Oleh karena itu, Thailand tidak memiliki keuntungan dari pengaruh-pengaruh yang diberikan negara kolonial pada sistem ilmu pengetahuann dan sosial. Masyarakat Thai bisa menikmati pendidikan yang baik di Thailan dengan adanya sarana sekolah dari Playgroup, Kindergarden, Sekolah Dasar (Enam Tingkat), Sekolah Menengah Pertama(Tiga Tingkat), Sekolah Menengah Atas (Tiga Tingkat­), dan berbagai universitas. Pusat pendidikan Thailand ada di Kota Bangkok. Pendidikan di Thailand diselanggarakan oleh Menteri Pendidikan (Ministry of Education). Hukum di Thailand menwajibkan untuk setidaknya mendapatkan pendidikan wajib belajar 12 tahun. Orang Thai sudah memilki kesadaran penuh akan pentingnya pendidikan, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Sistem Ekonomi

Sebagai negara Agraris, masyarakat Thai masih bermata pencaharian terbesar sebagai petani yang bertani dan berkebun yakni sebesar 49%. Pertanian dan perkebunan dilakukan terutama di Utara dan Selatan Thailand.  Selain itu, 39% persen dari masyarakat Thai bekerja dalam bidang service atau jasa. Bidang jasa ini terutama merupakan bidang pariwisata. Adapun 13% dari masyarakat Thai yang bermata pencaharian dalam bidang industri dan sisanya merupakan pekerja-pekerja dalam bidang lainnya. Pada tahun 2006, jumlah tenaga kerja Thailand adalah sebanyak 36.41 juta penduduk dan hanya 1.144.688 penduduk Thailand menganggur. Selain itu, jumlah pendapatan rata-rata orang Thai adalah sebanyak 9100$ per tahun (capital per income). Partner utama masyarakat Thai (Thailand) dalam ekonomi adalah dengan negara Jepang, Cina, Malaysia, dan Cina.

Sistem Sosial

Struktur sosial masyarakat Thai berbentuk patembayan karena sudah cenderung menuju modernisasi. Selain itu, Raja dan keluarga Raja merupakan orang-orang yang sangat digemari dan dihormati oleh masyarakat Thai atas jasa-jasa keluarga raja yang telah diberikan rakyat. Raja di Thailand dipilih berdasarkan keturunannya (The Cakri Kings), yakni dari His Majesty King Buddha Yod Fa Chulalok the Great (King Rama I) sampai sekarang His Majesty King Bhumibol Adulyadej (King Rama IX). Walaupun begitu, Biksu dianggap orang yang  paling suci dan memiliki status tertinggi di kalangan masyarakat Thai, bahkan melebihi kedudukan suatu raja dan keluarga raja.

Orang Thai memiliki nasionalisme yang kuat terhadap negaranaya. Orang Thai memiliki peradaban dimana orang Thai yang muda sangat menghormati dan menghargai orang yang lebih tua. Saat ini (masa modern), diskriminasi gender antara kaum laki-laki dan perempuan sudah dihapuskan dalam sistem sosial Thai. 

Sistem Teknologi

Kehidupan masyarakat Thai terutatama di Kota Bangkok tidak pernah lepas dari teknologi yang terus berkembang. Masyarakat Thai telah menerima teknologi dalam kehidupan mereka dan bahkan mengembangkan dan menciptakan teknologi yang lebih maju.

Berdasarkan survey  mengenai teknologi dan kominikasi yang dilakukan, dari 832,043 orang yang digunakan sebagai sampel di seluruh Kingdom Thailand, 20,5% (170,744) orang menggunakan dan memakai komputer dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dalam survey internet, dikatakan bahwa dari 831,559 unit komputer sebagai sampel di seluruh Thailand, 47,2% (7392,632) unit komputer tersebut telah menggunakan fasilitas internet. Selain itu dalam penelitian yang dilakukan National Statistic Office, diungkapkan bahwa rumah sakit merupakan tempat yang paling sering ditemukan komputer, yakni rata-rata sekitar 64 komputer setiap rumah sakit.  Internet paling banyak ditemukan di perusahaan-perusahaan jasa yang bergerak dalam bidang travel agencies.

Adapun faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat Thai cenderung tidak menggunakan internet yakni karena biaya/pengeluaran yang terlalu tinggi (23,7%), merasa tidak diperlukan untuk kegiatan bisnis dan jasa (79%), kekurangan dalam kemampuan penggunaan internet (14,8), kurang menguntungkan (8,7), dan kekhawatiran pada sekuritas (13,5).

Dalam pemakaian web, hampir 87% orang thailand telah memiliki website sendiri dan sisanya merupakan penggunaan web portal lainnya. Penggunaan web ini (84%) digunakan terutama untuk marketing product.

Tujuh Unsur Budaya Thai (Thailand) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Kunci Gitar

0 comments: